Bagi saya, teori adalah kerangka pikiran yang mencoba memahami fenomena, cara mengelola hiruk pikuk kehidupan yang penuh keruwetan dan pertanyaan menjadi sebuah tenunan yang lebih dapat dilihat polanya, diraba kehalusannya, dinikmati keindahannya, dan dibayangkan disain "baju" yang akan dibuat darinya.
Tentu tidak semua kerangka pikiran dapat secara sah disebut teori. Ada syarat-syarat yang secara konvensional harus dipenuhi agar sebuah jalinan pikiran yang padu dapat disebut teori. Syarat itu berlabel metode ilmiah - sebuah kesepakatan yang mengkodifikasi secara sistematis proses keilmuan dan pencarian pengetahuan berdasarkan bukti yang dapat diobservasi, diuji, dan direplikasi secara konsisten untuk ragam fenomena yang serupa.
Itu satu teori.
Namun, teori yang akan menjadi pusat perhatian blog ini bukan teori yang itu. Ini teori jenis lain; teori yang - paling tidak menurut sebagian orang - telah dianggap sebagai pendobrak batasan-batasan tradisi kajian sastra (literary studies).
Maaf, sebelum telanjur, jangan buru-buru mengambil kesimpulan. Teori yang disebut barusan bukan teori sastra (literary theory) dalam pengertian kajian sistematik tentang hakikat sastra dan/atau metode penelaahan sastra. Sekali lagi, meskipun teori ini telah secara radikal mengubah kajian sastra (literary studies), namun ini bukan teori sastra (literary theory).
Teori ini memang bernama "teori" dan, tidak seperti teori-teori lain, "teori" ini tidak secara khusus berpostulat tentang suatu subjek tertentu, apalagi mencoba merangkum dan mencoba menjelaskan segala sesuatu.
Lho, lalu apa dong yang dimaksud di sini?
Teori di sini hanya istilah - atau sebut saja label - yang dewasa ini sering dipakai dan diperbincangkan dalam kajian sastra dan budaya (literary and cultural studies).
Baiklah, supaya Anda dapat mencerna dan merenungi apa yang baru saja saya katakan, saya berhenti saja dulu sampai di sini. Kebetulan sekarang saya juga sudah ngantuk dan kurang konsentrasi. Saya takut kalau saya lanjutkan, penjelasan saya akan menjadikan semuanya menjadi semakin tidak jelas. Kita lanjutkan saja besok, OK?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment