OK, pada tulisan kemarin, saya sudah membahas apa itu teori dalam pengertian umum, dan "teori" sebagai sebuah istilah atau label yang sering dipakai dalam dunia kajian sastra dan budaya. Pembahasan itu masih menyisakan satu pertanyaan, apa maksud "teori" di situ?
Dalam tulisan ini saya akan mencoba meringkaskan apa yang ditulis oleh Jonathan Culler (1997) tentang seluk beluk "teori" ini.
Menurut Culler, ciri pertama "teori" adalah sifatnya yang spekulatif. Artinya, teori hanya dapat disebut "teori" jika dan hanya jika dia berspekulasi tentang sesuatu yang jawabannya tidak jelas dengan sendirinya (obvious). Selain itu, teori hanya bisa disebut "teori" jika dia melibatkan relasi yang kompleks dan sistematik dari unsur-unsurnya, serta tidak mudah untuk dipastikan atau ditolak kebenarannya. Jadi, suatu proposisi tidak dapat dianggap sebagai "teori" jika, misalnya, proposisi itu mempunyai konsekwensi logis yang jelas dan bisa segera dipastikan atau ditolak kebenarannya karena relasi di antara unsur-unsurnya hanya bersifat linear.
OK, mungkin kita perlu contoh di sini.
Anda mempunyai seekor kucing betina yang berusia delapan bulan. Suatu hari, Anda mendapati kucing itu berperilaku aneh, gelisah dan mengeluarkan suara-suara mirip auman keras yang tidak seperti biasanya. Mula-mula, Anda mengira kucing itu sakit. Tapi setelah Anda periksa, ternyata kucing itu tampaknya sehat-sehat saja.
Malam itu, ketika Anda tidur nyenyak, si kucing menyelinap keluar rumah dan menghilang. Dua hari kemudian, dia pulang. Saat itu, Anda baru sadar, mungkin saja kucing itu sedang birahi dan dia minggat untuk mencari pasangan.
Dari fakta-fakta itu, Anda kemudian berspekulasi bahwa kucing itu pasti telah kawin dan kira-kira delapan atau sembilan minggu lagi pasti akan melahirkan.
Apakah spekulasi yang Anda lakukan di sini dapat disebut teori?
Tentu tidak, karena (1) Jawaban atau konsekwensi logis dari serangkaian fakta yang membentuk spekulasi itu cukup jelas dengan sendirinya; (2) relasi di antara fakta-fakta (unsur-unsur) yang digunakan untuk membuat spekulasi itu tidak bersifat kompleks dan sistematik; (3) kebenaran atas jawaban spekulasi itu dapat dengan mudah diterima atau ditolak (dibuktikan).
Dari keterangan dan contoh di atas, dapat disimpulkan juga bahwa "teori" tidak persis sama dengan hipotesis. Dua-duanya memang mempunyai sifat spekulatif, namun umumnya jawaban atas suatu hipotesis bisa dibuktikan (diterima atau ditolak) dengan cukup lugas. Sebaliknya, jawaban atas spekulasi yang dilakukan oleh "teori" umumnya tidak dapat dibuktikan (diterima atau ditolak) dengan cukup gamblang.
Saya kira tulisan hari ini cukup sampai di sini. Tidak perlu terlalu banyak. Yang penting bisa dipahami. Kebetulan saya juga ada keperluan lain. Besok kita lanjutkan lagi.
Saturday, December 27, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment